Pasukan militer Mesir

IDwebhost.com Trend Hosting Indonesia ~> BENTROK BERDARAH Pasukan militer Mesir pendukung Presiden Hosni Mubarak menahan kemarahan demonstran yang mencoba mendekati lapangan Tahrir Square di Kairo, Mesir, kemarin. Bentrokan demonstran anti-Mubarak dan yang pro kemarin menyebabkan lima orang tewas dan ratusan terluka.

”ALA gak suka tinggal di Mesir karena ada demo. Ala ingin di Indonesia saja,” ucap Ala di rumah kakeknya, Pandi Sopandi, Jalan Riung Tineung No 13 RT 02/09, Kompleks Riung Bandung, Kota Bandung,kemarin.

Ala binti Muhamad Taesir, 6, bersama sang adik Afnan binti Muhamad Taesir, 4, tiba di rumah kakeknya kemarin siang.Kedua bocah perempuan itu merupakan warga negara Indonesia yang dipulangkan dari Mesir pada evakuasi gelombang pertama, buntut dari revolusi Mesir. Ala dan Afnan mendarat di Bandara Soekarno-Hatta, Rabu (2/2), tanpa didampingi ayah dan ibunya, Muhamad Taesir, 37, dan Umi Kulsum, 30.Kedua bocah tersebut disuruh sang ibu untuk pulang lebih dahulu.Mereka dititipkan kepada adik kelas orang tua mereka yang kuliah di Universitas Al-Azhar. Di bandara, mereka dijemput tante mereka yang bernama Rahmi, 26.SementaraUmidanM Taesir saat ini masih berada di Mesir yang bergejolak.

Keduanya bersama anak mereka yang lain, Hurin Muhamad Taesir,berumur dua bulan. ”Kata umah(ibu),Ala harus pulang duluan, kalau abi (ayah) sudah selesai urusannya nanti baru menyusulpulang( keIndonesia),”tutur Ala. Ala,Afnan,dan Hurin memang dilahirkan di Mesir. Orang tua mereka sudah 10 tahun tinggal di Negeri Seribu Piramida itu, tepatnya di kawasan Nasr City, Kairo. Umi Kulsum adalah guru Bahasa Indonesia di KBRI Mesir. Sementara M Taesir adalah mahasiswa S2 di Sudan. Ala masih ingat betul suasana mencekam di Mesir akibat revolusi rakyat untuk menggulingkan Presiden Husni Mubarak yang dinilai otoriter dan terlalu lama berkuasa. Meski rumah mereka jauh dari pusat kekacauan,Ala masih bisa mendengar suara bom meledak di telinganya hingga kini.

”Ala gak berani keluar, Ala dengar suara bom bunyinya buuuuum….Ala gak bisa main bersama teman-teman, kalau ketemu Aqila cuma pagi sama sore aja,” kata Ala polos menceritakan pengalaman buruknya sambil memainkan boneka. Meski mengalami kejadian di luar bayangan mereka terlalu dini, kakak adik itu tetap ceria.Di rumah kakek mereka,Ala dan Afnan masih bisa bermain bersama sepupusepupu yang mengunjunginya. Namun saat ditanya rasa rindunya pada orang tuanya di Mesir,Ala tidak bisa menyembunyikan perasaannya.” Ala kangen umah,abi,dan Hurin.Ala ingin umah cepet pulang, umahpulang besok,”tuturnya. Menurut Rahmi, ide menitipkan Ala dan Afnan kepada seorang teman muncul begitu saja.Selama perjalanan pun keduanya tidak rewel meski naik pesawat bersama orang lain.

”Mereka tidak rewel sejak pulang dari Mesir. Salat, makan,dan mandi juga mereka lakukan sendiri,”ucap Rahmi. Ketika suasana Mesir mulai memanas, Rahmi menghubungi kakak kandungnya,Umi Kulsum,melalui Facebook, namun tidak mendapat jawaban. Baru pada Selasa (1/2) pukul 17.00 WIB, Rahmi bisa menghubungi kakaknya. Tanpa nada khawatir, Umi Kulsum langsung meminta Rahmi menjemput Ala dan Afnan di Bandara Soekarno-Hatta.Rupanya satu jam lagi Ala dan Afnan take off dari bandara di Mesir pada evakuasi pertama. Sebelum Ala dan Afnan turun dari pesawat,Rahmi diminta sudah ada di bandara.”Ku teteh dititipken ka temen, paspor dan dokumen anak-anak juga dititip ke teh Rani dan kang Apep, teteh masih ada urusan,” kata Umi Kulsum seperti dituturkan Rahmi.

Setelah mendapat telepon, Rahmi dan ayahnya (Pandi Sopandi) langsung menuju Bandara Soekarno- Hatta, tiba Rabu (2/2) dini hari. Seusai bertemu,Ala memberikan surat yang ditulis ibunya kepada Rahmi. Dalam surat itu,Umi Kulsum menulis Mesir masih belum stabil dan menitipkan Ala dan Afnan. ”Teteh belum bisa pulang. Maaf! Ini teteh kirim uang untuk anak-anak sekolah dan surat-surat keperluan sekolah.Ajarkan mereka berbagai hal supaya jadi kreatif. Jangan main game, jangan banyak jajan, biasakan makan di rumah, tolong disekolahkan,” tulis Umi Kulsum dalam surat itu. Keluarga kecil itu sebetulnya tidak perlu terjebak dalam situasi chaos yang penuh kekerasan.

Menurut Rahmi, tesis kakak iparnya (M Taesir) sebetulnya sudah selesai. Mereka sekeluarga sudah berencana pulang, tapi gagal karena visa suaminya habis. Sambil menunggu kedatangan orang tuanya, Ala segera didaftarkan sekolah di SD, sementara Afnan didaftarkan TK di Kota Bandung.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel